Hal yang dipelajari dalam antroposfer adalah manusia (penduduk). Antroposfer berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan sphaira (sphere) yang berarti bola atau lingkungan. Jadi, antroposfer adalah manusia (penduduk) yang berdiam di muka bumi.
Adapun fenomena antroposfer adalah peristiwa atau terjadinya sesuatu di muka bumi yang berkaitan dengan manusia (penduduk). Fenomena antroposfer atau masalah kependudukan di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia dalam dua dekade terakhir ini terus bertambah. Pada tahun 1971 jumlahnya 119,2 juta; tahun 1980 jumlahnya 147,5 juta; dan tahun 1990 jumlahnya 179,3 juta. Berarti dalam waktu sembilan tahun, yaitu dari tahun 1971 - 1980 penduduk bertambah sebanyak 28,3 juta orang. Berarti pula kecepatan pertambahan penduduk sebesar 2,32% per tahun. Dalam kurun waktu 10 tahun berikutnya, yaitu dari tahun 1980 – 1990, penduduk bertambah sebanyak 31,8 juta orang. Berarti kecepatan pertambahan penduduk sebesar 1,98% per tahun. Penurunan laju pertumbuhan tersebut, terutama disebabkan oleh penurunan tingkat kelahiran. Hal ini sebagai dampak dari meningkatnya persentase wanita dalam usia subur yang ikut program Keluarga Berencana dan meningkatnya usia kawin wanita. Laju pertumbuhan penduduk dan perubahannya untuk setiap provinsi tidak sama. Akan tetapi, semuanya menunjukkan kecenderungan menurun, kecuali Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Wilayah provinsi penerima transmigran, seperti Kalimantan Timur, Bengkulu, dan Riau, laju pertumbuhan penduduknya dalam kurun waktu 1980 sampai dengan tahun 1990 sangat tinggi. Kalimantan Timur laju pertumbuhan penduduknya 4, 42%, Bengkulu 4, 378%, dan Riau 4, 30%.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia adalah 206,3 juta jiwa. Jumlah ini meliputi penduduk Indonesia yang bertempat tinggal tetap sebesar 205,8 juta dan yang tidak bertempat tinggal tetap sebesar 421,399 jiwa.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, didapatkan jumlah penduduk Indonesia sebagai 237.641.334 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2000, yakni 206.264.595 orang, ini adalah sebuah peningkatan sebanyak 31.376.831 orang (15,37% dalam 10 tahun atau rata-rata 1,54% per tahun). Data sensus menghitung 236.728.379 warga negara Indonesia (baik menetap atau nomaden) serta 73.217 warga negara asing yang berada di Indonesia selama setidaknya enam bulan, dan 839.730 tidak diketahui keberadaannya.
Untuk tingkat dunia, jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan keempat paling banyak setelah Cina (pertama), India (kedua), Amerika Serikat (ketiga).
2. Persebaran Penduduk di Indonesia
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Penduduk
1) Faktor Lingkungan
Yang termasuk faktor lingkungan adalah sebagai berikut:
- faktor alam, meliputi iklim, relief, kesuburan tanah, dan persediaan air
- lingkungan budaya, meliputi pendidikan, kesempatan kerja, pengangkutan, dan perhubungan.
2) Faktor Potensi Ekonomi Faktor potensi ekonomi, yaitu kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan sumber penghidupan bagi penduduk dan tersedianya sumber daya di wilayah itu.
3) Faktor Demografi
Faktor ini meliputi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
4) Faktor Politik
Dengan adanya pemberontakan dan peperangan maka banyak penduduk yang pindah, sehingga akan mempengaruhi persoalan penduduk.
b. Persebaran Penduduk
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, didapatkan jumlah penduduk Indonesia sebagai 237.641.334 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2000, yakni 206.264.595 orang, ini adalah sebuah peningkatan sebanyak 31.376.831 orang (15,37% dalam 10 tahun atau rata-rata 1,54% per tahun).
1) Rasio Jenis Kelamin
Telah ditemukan bahwa rasio jenis kelamin untuk Indonesia adalah 101, yang berarti bahwa untuk setiap 100 wanita, terdapat 101 laki-laki. Rasio terbesar adalah di Papua dengan 113, dan yang terkecil adalah di Nusa Tenggara Barat, dengan 95 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.
2) Urbanisasi Statistik menunjukkan bahwa sekitar 50% penduduk Indonesia saat ini tinggal di daerah perkotaan, dan setengah lainnya hidup di daerah pedesaan. Klasifikasi didasarkan pada nilai yang dihitung dari kepadatan penduduk, persentase rumah tangga yang bekerja di bidang pertanian, dan ketersediaan fasilitas kota seperti sekolah, pasar, rumah sakit, jalan beraspal, dan listrik.
3) Pendidikan Statistik menunjukkan bahwa 5.22% penduduk Indonesia telah melanjutkan pendidikan sekolah tinggi, sedangkan 9,28% tidak melanjutkan. Sekitar 30% penduduk telah tamat SD sementara 2-% belum tamat. Sekitar 17% penduduk memiliki ijazah SMP, 17% memiliki ijazah SMA, dan 1,92% dari SMK. Dari penduduk Indonesia yang menempuh pendidikan lanjut, sebanyak 1,89% telah mendapatkan gelar diploma, 3,09% telah mendapatkan gelar sarjana, dan kurang dari 0,5% melanjutkan ke pascasarjana.Agama
c. Persebaran Penduduk
Berdasarkan Provinsi Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Bali merupakan tempat persebaran penduduk yang besar karena mempunyai daya tarik. Misalnya, tempat tersedianya sarana pendidikan, pengembangan budaya, dan teknologi.
3. Mobilitas Penduduk
a. Pengertian
Mobilitas penduduk atau gerakan penduduk ialah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
b. Jenis-jenis Mobilitas Penduduk
Ada dua macam mobilitas penduduk, yaitu sebagai berikut.
- Migrasi, yaitu mobilitas penduduk yang bertujuan untuk menetap di daerah baru.
- Mobilitas sirkuler (mobilitas sementara), yaitu mobilitas penduduk untuk sementara waktu, tidak untuk menetap. Contohnya, setelah panen dan tidak ada kegiatan, para petani pergi ke kota untuk mencari nafkah (migrasi musiman); atau para pekerja yang pada waktu pagi pergi ke kota, sorenya kembali ke tempat tinggalnya di pinggiran kota.
c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain di dalam negeri maupun dari suatu negara ke negara lain untuk menetap, baik secara perorangan, keluarga maupun berkelompok.
Pengertian menetap menurut Sensus Penduduk Indonesia adalah orang yang tinggal di daerah baru selama enam bulan atau lebih.
1) Sebab-Sebab Terjadinya Migrasi.
Ada beberapa sebab terjadinya migrasi, yaitu sebagai berikut.
- Alasan ekonomi, karena kesukaran hidup di suatu daerah mendorong keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke daerah lain.
- Alasan politis, yaitu adanya pergolakan politik dalam suatu negara sehingga kaum politisi pindah ke negara lain untuk mencari perlindungan dan keamanan dirinya.
- Alasan agama, karena kurang terjamin atau terkekang dalam kehidupan beragama penduduk pindah ke daerah lain yang sesuai dengan kehidupan agamanya.
- Alasan lain, misalnya bencana alam, kekeringan yang panjang, peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit.
2) Jenis-Jenis Migrasi
Ada 2 jenis migrasi, yaitu sebagai berikut.
- Migrasi antar negara (internasional), yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Yang termasuk migrasi antarnegara adalah sebagai berikut.
- Imigrasi, yaitu masuknya penduduk negara lain ke satu negara. Misalnya, masuknya orang Malaysia ke Indonesia. Orang Malaysia tersebut disebut sebagai imigran. Perpindahannya itu disebut imigrasi. Imigrasi dapat bersifat permanen, artinya tinggal menetap untuk selamanya. Sebaliknya, dapat pula bersifat sementara, misalnya TKI ke Arab Saudi berdasarkan kontrak selama dua tahun.
- Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Misalnya, orang-orang Indonesia yang pindah ke New Caledonia dan Suriname. Mereka disebut emigran. Perpindahannya disebut emigrasi.
- Remigrasi, yaitu kembalinya para emigran ke negara asalnya. Misalnya, orang-orang Ambon yang tadinya pindah ke Belanda sebagai emigran, kemudian kembali lagi pindah ke Indonesia.
- Migrasi dalam negeri (nasional), yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain di wilayah negara itu. Misalnya, perpindahan penduduk antarprovinsi. Yang termasuk imigrasi dalam negeri adalah sebagai berikut.
- Transmigrasi (migrasi intern), yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau atau provinsi yang berpenduduk padat ke suatu pulau atau provinsi lain yang berpenduduk jarang di negara sendiri. Macam-macam transmigrasi adalah sebagai berikut.
- Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang semua biayanya ditanggung pemerintah, baik biaya perjalanan maupun biaya hidup selama satu tahun di daerah transmigrasi. Tiap keluarga mendapat alat pertanian, rumah, bibit, dan tanah seluas dua hektar.
- Transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi yang pembiayaannya sebagian ditanggung sendiri dan sebagian ditanggung pemerintah. Pemerintah memberi tanah dua hektar dan membiayai perjalanannya.
- Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang seluruh biaya ditanggung oleh transmigran itu sendiri. Pemerintah tidak memberikan bantuan apa pun.
- Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa beserta pejabat pemerintah desa. Transmigrasi bedol desa dilaksanakan karena bencana alam, misalnya karena letusan Gunung Merapi, penduduk beserta pejabat desa yang bertempat tinggal di kaki gunung dipindahkan ke Sumatera. Penduduk Wonogiri dipindahkan ke Sitiung (Sumatera Barat), karena daerahnya dibuat PLTA Gajah Mungkur (bendungan).
- Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan oleh Departemen Transmigrasi bersama instansi pemerintah atau organisasi lain, misalnya KNPI, Pramuka, dan sebagainya. Penyelenggaraannya sama dengan transmigrasi umum, misalnya transmigrasi pemuda ke Sumatera Utara (daerah Labuhanbatu).
- Transmigrasi bekas pejuang, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan oleh bekas pejuang dan yang ditransmigrasikan adalah mantan ABRI yang sudah pensiun. Daerah transmigrasinya adalah Kalimantan Barat, dan Lampung.
- Urbanisasi, ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau kotakota besar. Permasalahan yang berkaitan dengan urbanisasi adalah sebagai berikut.
- Keadaan di desa Banyak penduduk tidak memiliki tanah, pendapatan penduduk rendah, dan sulit mencari pekerjaan di luar bidang pertanian.
- Keadaan di kota Banyak daya tarik di kota, misalnya hiburan, rekreasi, adanya gedung-gedung, fasilitas pendidikan lengkap, dan luasnya kesempatan kerja di desa.
- Akibat urbanisasi Kekurangan tenaga kerja di desa. Akibatnya, sulit mencari tenaga yang berpendidikan di desa dan sulit mencari tenaga penggerak pembangunan di desa.
- Akibat urbanisasi di kota Timbul pengangguran karena tidak semua yang urbanisasi dapat bekerja; timbul tuna wisma, dan daerah slum (kumuh); meningkatnya kejahatan; dan angkutan umum tidak dapat mencukupi kebutuhan penumpang yang terus meningkat.
- Usaha pemerintah mengurangi urbanisasi Pemerintah membatasi penduduk desa pindah ke kota; melaksanakan pembangunan sampai ke daerah-daerah; mengembangkan kota-kota kecil; serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan penduduk desa, misalnya fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, rekreasi, dan penerangan.
4. Kualitas Penduduk Kualitas penduduk disebut juga mutu penduduk atau mutu sumber daya manusia. Kualitas penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
- kualitas fisik penduduk, meliputi pemenuhan gizi, kesehatan, kematian, dan harapan hidup pada waktu lahir;
- kualitas nonfisik penduduk, meliputi pendidikan, latihan kerja, dan sikap (keinginan atau dorongan).
Makin tinggi pendidikan, makin tinggi pula keterampilan dan pengetahuannya, serta makin mudah menerima pembaruan. Apabila pendidikan dilengkapi dengan latihan kerja maka akan lebih baik. Pendidikan dan latihan kerja akan memberikan kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk bekerja dengan baik. Hasilnya, produktivitas kerja menjadi tinggi. Dengan kualitas fisik dan nonfisik yang tinggi maka orang-orang dapat bekerja dengan hasil yang tinggi.
Apabila suatu negara memiliki kualitas penduduk yang tinggi maka penduduk atau sumber daya tersebut merupakan modal dan bukan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu, peningkatan jumlah penduduk (kuantitas) perlu diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk. Di Indonesia, kualitas penduduk relatif masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.
5. Upaya Pengendalian Penduduk
Beberapa masalah pokok di bidang kependudukan di Indonesia adalah sebagai berikut.
- Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (dijelaskan di pokok bahasan Tingkat Pertumbuhan Penduduk).
- Persebaran penduduk tidak merata. Lebih dari 60% penduduk Indonesia bermukim di Pulau Jawa dan Madura yang luasnya 6,9% dari luas wilayah Indonesia. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan Madura jumlah penduduknya lebih sedikit. Persebaran penduduk yang tidak seimbang membawa akibat kelebihan tenaga kerja di Pulau Jawa. Sementara itu, di luar Pulau Jawa kekurangan tenaga kerja. Akibatnya, terjadi pengangguran.
- Komposisi penduduk tidak menguntungkan. Penduduk yang berusia di bawah 15 tahun sebanyak 44% dan yang berusia di atas 64 tahun sekitar 2% sehingga angka ketergantungannya tinggi sebab usia ini tidak produktif.
- Mobilitas penduduk rendah. Pada dasarnya, penduduk Indonesia tidak suka berpindah, walaupun mungkin akan memberikan kehidupan yang lebih baik. Penduduk yang bertempat tinggal di Pulau Jawa sulit sekali untuk bersedia pindah ke luar Pulau Jawa.
Dengan adanya masalah-masalah penduduk di Indonesia yang demikian maka kebijakan pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk adalah sebagai berikut.
- Menurunkan tingkat kelahiran, yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengurangi kemiskinan, meningkatkan perkembangan fisik dan mental anak, serta meningkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu, program Keluarga Berencana yang dikaitkan dengan kesejahteraan ibu dan anak akan diteruskan.
- Usaha untuk mempengaruhi persebaran penduduk, yaitu program transmigrasi dan pembangunan daerah. Hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja, tanah, dan sumber-sumber alam dapat dimanfaatkan secara optimal.