|
Sumber: Mer-C Publishing |
Apeksi (Alat Pendeteksi Sapi Birahi) karya I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara dkk dari
SMAN Bali Mandara ditetapkan oleh Juri OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia) Bidang Sain dan Teknologi meraih medali emas pada Tahun 2017.
Beberapa siswa lainnya juga meraih medali emas, perak, perunggu dan penghargaan khusus karena penelitiannya begitu inovatif, kreatif dan mempunyai potensi untuk dikembangkan serta bermanfaat bagi orang lain. Mereka merupakan finalis peneliti-peneliti muda yang berkumpul untuk berkompetisi dengan tim sekolah lainnya meraih prestasi. Kegiatan ini diselenggarakan oleh
Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayan RI pada 9-14 Oktober 2017 di Kota Malang. Acara ini diselenggarakan setiap tahunnya untuk mewadai invator, kreator dan peneliti muda untuk menyampaikan ide dan gaasannya untuk dipublikasikan. Disinilah jagoan peneliti muda dari berbagai sekolah se Indonesia dari hasil proses yang dijalaninnya. Maka tema selalu diangkat yaitu #menelitiituseru
Proses menjadi finalis begitu panjang dan terjal perjalanan yang dilalui mereka. Bersama guru pembimbing berjibaku siang dan malam, tak kenal waktu dan keluar masuk laboratorium, perpustakaan, ke lapangan dan sebagainya. Perjungan itu juga dirasakan siswa lainnya jika ingin berkompetisi di tingkat nasional bahkan internasional untuk bidang olimpiade sains atapun olahraga.
Untuk olimpiade sains yang diikuti siswa yaitu OSN (Olimpiade Sains Nasional). Bagi yang memiliki bakat olahraga maka dapat mengikuti O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional). Siswa yang memiliki bakat dibidang seni maka akan dapat meraih prestasinya dibidang FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional). Berbagai lomba lainnya juga bisa dikuti siswa lainnya di bakat dan minat lainnya seperti LDBI dan lain-lain. Kompetisi ini diperuntukan bagi siswa-siswa yang mengikuti proses perjuangan untuk meraih prestasi.
Peneliti muda yang dilahirkan dari proses pembinaan di sekolah ini dapat berkompetisi selain di OPSI juga dapat mengikuti kompetisi sejenis di LKIR, Penelitian Belia, Pesta Sains, NYIA dan sebagainya. Melahirkan peneliti muda tidaklah muda. Peran pembimbing, siswa, orangtua, sekolah, mitra sangat penting untuk melahirkan karya penelitian yang diakui untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Ide yang muncul dari peneliti muda sebagai hasil pemkiran dari permasalahan yang dihadapinya. Sehingga berusaha untuk memecahkan masalahnya secara lokal ataupun global.
Peneliti muda ini lahir dari pembimbingan secara konsisten di Ekstrakurikuler KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) di sekolah/madrasah. Di Indonesia tidak semua sekolah memiliki Ekstrakurikuler KIR karena berbagai faktor. Sekolah pada umumnya hanya memiliki OSIS, Pramuka, Paskibraka. Bahkan KIR ini tidak banyak diketahui oleh siswa bahkan guru-guru karena dianggap sulit untuk mengimplementasikannya. Dengan demikian KIR membutuhkan proses untuk didirikan dan pembinaan secara berkelanjutan. Mendapatkan informasi tentang KIR sebagai ekstrakurikuler sangatlah sulit dibandingkan informasi tentang Pramuka dan Olimpiade Sains.
Untuk itulah diterbitkannya buku Ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) oleh
Mer-C Publishing Jakarta. Buku dapat diperoleh guru, siswa atau kepala sekolah dengan menghubungi langsung pihak penerbit atau melalui Sofyanto (No. WA: 085763642244) sebagai penulis buku ini.
Buku ini berisi tentang
LIPI dan KIR sebagai bagian tak terpisahkan dari proses perjalanan sejarah perkembangan Kelompok Ilmiah Remaja di Indonesia. Beberapa perkemahan dan perlombaan tentang KTI, KIR di Indonesia juga disajikan sebagai informasi bahwa KIR itu bukan saja bicara penelitian, namun ada sisi kolaborasi, pendidikan dan keseruan. Bagi sekolah yang belum dan ingin membentuk KIR di sekolah juga disajikan bahkan dilampirkan proposal pembentukannya. Bersama KIR sebagai bagian dari buku ini menyajikan manfaat yang dirasakan siswa, guru, sekolah setelah menjalani, mengikuti dan berkegiatan di ekstrakurikuler KIR. Pada bagian akhir disajikan pula tentan 16 profil KIR se Indonesia dari Aceh, Sumatera Utara, Jawa, Kalimantan, Bali dan sebagainya. Dari ekstrakurikuler ini akan dapat inspirasi bagaimana melahirkan peneliti muda yang andal, kreatif, cerdas, inovatid dan bermanfaat bagi yang lain.
Lahirnya peneliti muda berawal dari Ekstrakurikuler KIR karena melakukan penelitian itu seru. Kapan mau bergabung atau mendirikan esktrakurikuler KIR? Baca buku Ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) maka inspirasi muda akan terus lahir sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.