Interpretasi foto dapat didefinisikan sebagai: "tindakan memeriksa gambar foto untuk tujuan mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997).
Tahapan Dalam Interpretasi Citra
Dalam penginterpretasian citra kita akan menjumpai beberapa tahapan yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Untuk penjelasan dari setiap tahapan kalian bisa simak baik-baik ulasan di bawah ini.
1. DeteksiDeteksi merupakan usaha untuk mengetahui data yang tampak maupun yang tidak tampak secara global. Deteksi juga memiliki arti penentuan terhadap keberadaan suatu objek, apakah objek tersebut ada atau tidak ada pada citra dan merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Pada tahap ini keterangan yang diperoleh bersifat global.
2. IdentifikasiIdentifikasi merupakan kegiatan untuk mengenali suatu objek yang tergambar pada citra melalui rekaman oleh sensor dengan menggunakan alat stereoskop. Pada tahap ini bersifat setengah terperinci serta kita dapat mengenali objek berdasarkan tiga ciri utama sebagai berikut.- Ciri spektral, merupakan ciri yang dihasilkan oleh adanya interaksi antara tenaga elektromagnetik dan objek. Pada ciri ini objek dinyatakan menggunakan rona dan warna.
- Ciri Spasial, pada ciri ini kita dapat mengenali objek menggunakan unsur-unsur interpretasi yang meliputi rona, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan tekstur karena pada ciri ini mengungkapkan jenis permukaan bumi.
- Ciri temporal, ciri ini merupakan ciri yang terkait dengan benda pada waktu perekaman, misalnya rekaman sungai pada musim hujan tampak cerah sedangkan pada musim kemarau rekaman sungai tampak gelap.
3. AnalisisAnalisis merupakan suatu kegiatan pembelajaran serta penguraian data hasil tahap identifikasi sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta tematik.Urutan kegiatan dalam penginterpretasikan citra secara lebih terperinci yaitu sebagai berikut.- Menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda.
- Ditarik garis batas atau delineasi bagi objek yang rona warnanya sama.
- Setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya.
- Objek yang telah dikenali atau diketahui diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya.
- Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara.
- Untuk menjaga ketelitian serta kebenarannya perlu dilakukan pengecekan medan atau pengecekan di lapangan.
- Interpretasi pada tahap akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan (objek).
- Digunakan sesuai tujuannya.
Unsur-unsur Interpretasi Citra
Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk mengenali sebuah obyek. Di bawah ini merupakan unsur-unsur dalam interpretasi citra.
Rona ini merupakan unsur dasar dalam interpretasi citra. Rona merupakan tingkat kecerahan suatu objek dengan tingkatan mulai dari hitam hingga putih atau sebaliknya. Contohnya adalah perairan yang dangkal seperti bibir pantai memiliki rona yang cerah.
Warna adalah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rona antara lain karakteristik obyek itu sendiri, cuaca saat perekaman, posisi obyek serta waktu perekaman dan warna obyek di lapangan.
a. Karakteristik obyek
Karakterisitik obyek yang mempengaruhi rona antara lain :
- Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada citra karena sinar yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi pantulan sinarnya.
- Warna obyek yang gelap cenderung menghasilkan rona yang gelap
- Obyek yang basah/lembab cenderung menghasilkan rona gelap
- Pantulan obyek, misalnya perairan akan menghasilkan rona yang gelap. Sedangkan perbukitan kapur akan menghasilkan rona yang terang.
Jenis filem yang digunakan juga mempengaruhi rona pada citra, hal dikarenakan setiap film juga mempunyai dan kepekaan kualitas tersendiri.
c. Pemrosesan Emulsi
Proses emulsi dapat menghasikan cetakan dengan hasil redup (mat), setengah redup (semi mat) dan cetakan gilap (glossy). Cetakan glossy menghasilkan rona yang cenderung terang sebaliknya cetakan redup menghasilkan rona yang cenderung gelap.
d. Cuaca
Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki rona yang terang/gelap. Jika kondisi udara di atmosfer sangat lembab dan berkabut akan menyebabkan rona pada citra cenderung gelap
e. Letak Obyek dan waktu pemotretan
Letak obyek berkaitan dengan lintang dan bujur. Letak lintang menentukan besarnya sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan juga mempengaruhi sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan pada siang hari cenderung akan menghasilkan rona yang lebih terang dibandingkan dengan pemotretan pada sore/pagi hari.
2. Bentuk
Bentuk merupakan ciri objek yang dapat dengan jelas telihat sehingga mudah untuk mengenali objek berdasarkan bentuk objek, misalnya adalah lapangan sepak bola yang terlihat berbentuk elips atau rumah yang rata-rata memiliki bentuk persegi panjang.
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak obyek-obyek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi citra melalui unsur bentuk saja. Berkaitan dengan bentuk, terdapat dua istilah bentuk yaitu bentuk umum atau luar (shape) dan bentuk rinci (form).
Ada dua istilah mengenai bentuk, yaitu :a. Shape (bentuk umum/luar)Merupakan bentuk secara umum atau dapat dikatakan “bentuk sekilas” dari suatu obyek. Bentuk umum melihat ciri khas suatu obyek secara umum, misal: Gunung dengan type strato berbentuk kerucut jika foto udara yang digunakan berskala kecil.
b. Form (bentuk rinci)Form merupakan bentuk yang bersifat lebih rinci, maksudnya dalam bentuk umum suatu obyek masih ada bentuknya yang terlihat lebih rinci, misal : Jika gunung berapi dengan tipe strato diamati dengan menggunakan foto udara yang berskala lebih besar maka kelihatan bahwa sebenarnya bentuknya tidak mutlak kerucut, tetapi masih ada bentuk-bentuk lain yang lebih rinci. Contoh bentuk rinci :- pada lereng gunung tersebut terdapat aliran sungai yang memanjang menuruni lereng.
- terdapat patahan-patahan sehingga membentuk puncak-puncak kecil, jurang dan lembah.
Baik bentuk luar maupun bentuk rinci keduanya merupakan unsur interpretasi yang penting. Banyak bentuk yang mempunyai ciri khas sehingga mempermudah pengenalan obyeknya pada citra. Contoh-contoh obyek yang dapat dikenali menurut bentuknya misalnya :- Gedung sekolah pada umumnya memiliki bentuk seperti huruf I, L, U dan persegi panjang atau kotak.
- Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon kerucut berbentuk kerucut dan tajuk pohohn bambu seperti buu-bulu.
- Bekas Meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai dataran rendah yang berbentuk tapal kuda dan kadang berisi air yang menjadi danau tapal kuda (danau oxbow).
- Lapangan sepakbola yang memiliki lintasan lari berbentuk elips, sedangkan yang tidak memiliki lintasan lari akan berbentuk persegi panjang.
bentuk sekolah seperti huruf U dan L
bentuk tajuk kelapa sawit seperti bintang (*)
3. Ukuran Ukuran ini berkaitan dengan skala citra, bisa berupa luas, panjang, tinggi atau volume. Ukuran juga merupakan faktor pengenal objek yang dapat digunakan untuk membedakan obyek yang sejenis yang ada pada citra. Misalnya ukuran lapangan sepak bola memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan dengan lapangan tenis.
4. Tekstur
Tekstur dalam interpretasi citra dinyatakan berdasarkan tingkatan kasar atau halus atau sedang suatu obyek. Tekstur merupakan pengulangan rona pada suatu kelompok obyek. Misalnya perairan memiliki tekstur yang halus sedangkan pepohonan memiliki tekstur yang kasar.
Contoh lainnya adalah tanaman padi memiliki tektur yang halus dan lahan yang tengah ditanami tebu memiliki tekstur yang sedang
5. Pola
Pola merupakan tingkat kecenderungan bentuk suatu objek dan bisa menjadi pertanda akan adanya objek lain baik itu hasil dari bentukan manusia (buatan) ataupun alami. Contoh, kita kenal dengan beberapa pola aliran sungai, salah satunya adalah pola aliran sungai trellis, ini bisa menunjukkan bahwa di lokasi tersebut terdapat lipatan.
Contoh lainnya adalah pola pemukiman yang berkelompok yang mengindikasikan adanya mata air atau pola pemukiman menyebar yang ada di daerah karst atau pola pemukiman memanjang yang ada di di dekat jalan atau pantai.
6. Bayangan
Bayangan memiliki sifat menyembunyikan kedetailan suatu objek yang berada di area yang gelap. Namun begitu, bayangan ini juga merupakan kunci penting dalam pengenalan obyek. Misalnya adalah lereng yang terjal akan terlihat lebih jelas dengan adanya bayangan.
7. Situs
Situs ini merupakan posisi suatu obyek terhadap obyek yang lain yang ada di sekitarnya. Misalnya adalah pemukiman yang memiliki pola linier dengan mengikuti panjang jalan atau pantai dan sekolah yang berada di dekat lapangan sepak bola.
8. Asosiasi
Asosiasi merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Contoh dari asosiasi ini adalah - keberadaan stasiun kereta api yang berasosiasi dengan rel kereta api.
- bandara diasosiasikan dengan pesawat
- lapangan sepak bola dengan kenampakan gawang
kenampakan bandara ditandai dengan objek pesawat
9. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti ini adalah menggunakan beberapa unsur interpretasi citra sehingga bisa mempersempit ruang lingkup yang mengarahkan pada kesimpulan obyek tertentu. Misalnya ada obyek yang berbentuk kotak dengan tekstur halus dan bentuknya teratur, bisa mengindikasikan bahwa objek tersebut adalah sawah.
PERLU DIINGAT SEKALI LAGI !!!
Baca: