Pengertian Hikayat, Jenis Hikayat, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat, dan Contoh Hikayat - Dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA/MA/MK kalian tentu akan mempelajari salah satu materi tentang hikayat. Mungkin kebanyakan dari kalian sering mendengar kata hikayat tetapi tidak mengetahui jelas tentang pengertian, jenis, unsur intrinsik dan ekstrinsik, serta contoh hikayat. Pada kesempatan ini kita akan mengupas tuntas tentang hikayat dalam
materi Bahasa Indonesia. Ini adalah materi yang sangat menarik karena kita akan sering mendengar guru di depan kelas bercerita.
Pada kesempatan ini saya akan memberikan
Pengertian Hikayat, Jenis Hikayat, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat, dan Contoh Hikayat yang sering di bahas dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI. Pelajari dan latihlah diri kalian menjawab soal-soal yang membahas tentang hikayat agar pemahaman kalian tentang hikayat semakin bagus. Untuk lebih mengetahui jelas tentang Pengertian Hikayat, Jenis Hikayat, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat, dan Contoh Hikayat simak penjelasan berikut di bawah ini.
1. Pengertian Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa Arab hikayah yang berarti kisah, cerita, atau dongeng. Dalam sastra Melayu lama, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian, keanehan, karomah yang mereka miliki. Orang ternama tersebut biasanya raja, putera-puteri raja, orang-orang suci, dan sebagainya. Hikayat termasuk karya yang cukuppopuler di masyarakat Melayu dengan jumlah cerita yang cukup banyak.
Kemunculan genre ini merupakan kelanjutan dari ceritera pelipur lara yang berkembang dalam tradisi lisan di masyarakat, kemudian diperkaya dan diperindah dengan menambah unsur-unsur asing, terutama unsur Hindu dan Islam. Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, hikayat ini berfungsi sebagai media didaktik (pendidikan) dan hiburan.
2. Jenis Hikayat
Hikayat bisa dibedakan jenisnya berdasarkan historis (sejarah) dan isinya.
a.Berdasarkan historis (sejarah)
Berdasarkan nilai historis, hikayat dalam sastra Melayu terdiri dari tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1)Hikayat berunsur Hindu, yaitu hikayat yang berinduk pada dua hikayat utama, yaitu Hikayat Sri Rama dan Mahabharata. Dari dua kisah ini, kemudian berkembang kisah atau hikayat lain, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Sri Rama.
2)Hikayat berunsur Hindu-Islam, yaitu hikayat yang terpengaruh unsur Hindu dan Islam. Hikayat ini merupakan hikayat yang berasal dari tradisi Hindu, kemudian diubah sesuai dengan masuknya unsur-unsur Islam. Contohnya adalah Hikayat Jaya Lengkara, Hikayat Si Miskin, dan Hikayat Inderaputera.
3)Hikayat berunsur Islam, yaitu hikayat yang hanya berunsur Islam dan berasal dari tradisi sastra Arab-Persia. Contohnya adalah Hikayat 1001 Malam (Abunawas), Hikayat Qamar al-Zaman, dan sebagainya.
b. Berdasarkan isinya Berdasarkan isinya, hikayat dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu
sebagai berikut.
1)Jenis rekaan, contohnya Hikayat Malim Dewa.
2)Jenis sejarah, contohnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Pattani, dan Hikayat Raja-Raja Pasai.
3)Jenis biografi, contohnya Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam.
3. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat
Perlu kamu ketahui, bahwa menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat mirip dengan karya sastra jenis lain.
a.Unsur intrinsik, yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri. Unsur ini meliputi sebagai berikut.
1)Tema, yaitu gagasan pokok yang diangkat dalam cerita. Tema dalam hikayat biasanya kepercayaan religius, etika, moral, balas budi, kasih sayang, kepahlawanan, sosial, dan sebagainya.
2)Penokohan, yaitu tokoh dan karakter tokoh-tokoh cerita. Tokoh yang terdapat dalam sebuah hikayat biasanya manusia super, sakti,ajaib, dan luar biasa.
3)Amanat yaitu pesan yang disampaikan pengarang kepada pendengar lewat cerita.
4)Setting, yaitu tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita. Setting dalam hikayat biasanya di kerajaan, hutan, pegunungan, sungai,pedesaan, kayangan, dan sebagainya.
5)Alur, yaitu rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.Dari bagian awal, inti cerita, dan akhir cerita.
6)Sudut pandang (point of view), yaitu cara pandang pengarang dalam menempatkan dirinya saat bercerita.
b. Unsur ekstrinsik, yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari luar cerita.
Namun, unsur hikayat cukup memengaruhi cerita yang dibuat. Unsur ini meliputi nilai atau ajaran moral, gaya bahasa, adat, etika, dan budaya.
4. Contoh Hikayat
Kisah Malim Deman
Syahdan hiduplah seorang pemuda yatim piatu pada zaman dahulu kala. Malim Deman namanya. Dia pemuda yang rajin giat bekerja dan baik budinya. Setiap hari dia mengerjakan sawah dan ladang milik ibunya yang berada dipinggir hutan. Dia bekerja membantu pamannya
Di sekitar sawah milik ibu Malim Deman itu tinggal seorang janda tua. Mandeh Rubiah namanya. Malim Deman sangat akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mandeh Rubiah telah mengaggap Malim Deman sebagai anaknya sendiri. Mandeh Rubiah kerap mengirimkan makanan kepada Malim Deman ketika Malim Deman tengah menjaga tanaman padinya pada malam hari.
Pada suatu malam Malim Deman kembali menjaga tanaman padinya. Dia hanya seorang diri ditengah sawah. Dia merasa sangat haus. Malim Deman segera ke pondok Mandeh Rubiah untuk meminta air minum. Belum juga Malim Deman tiba di pondok Madeh Rubiah, Malim Deman mendengar suara beberapa perempuan di belakang pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan berjingkat-jingkat, Malim Deman segera menuju sumber suara yang sangat mencurigakan tersebut.
Terperanjatlah Malim Deman ketika melihat tujuh bidadari tengah mandi di kolam yang terletak di belakang pondok Mandeh Rubiah. Malim Deman sangat terpesona melihat kecantikan tujuh bidadari itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang tengah purnama. Malim Deman juga melihat tujuh selendang tergeletak di dekat kolam itu. Malim Deman menerka, tujuh selendang itu digunakan para bidadari untuk terbang dari khayangan ke kolam itu. Maka, dengan berjalan mengendap-endap dia mendekati tujuh selendang itu dan mengambil salah satu selendang. Segera disembunyikan selendang itu dan dia kembali mengintip tujuh bidadari yang tetap mandi tersebut.
Menjelang waktu pagi datang, tujuh bidadari itu berniat kembali ke khayangan. Salah satu bidadari, yakni bidadari bungsu, tidak dapat menemukan selendangnya. Enam kakaknya telah berusaha turut membantu mencari selendang itu, namun hingga menjelang fajar selendang milik bidadari bungsu tetap tidak ditemukan. Karena matahari sebentar lagi terbit, enam bidadari yang telah mendapatkan selendang dengan terpaksa meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya menggunakan selendang mereka masing-masing untuk terbang kembali ke Khayangan.
Sepeninggalan kakak-kakaknya, si bungsu menangis. Dia ketakutan untuk tinggal dibumi Malim Deman lantas mendekati dan menghibur si bidadari bungsu. Malim Deman kemudian mengajak bidadari itu kerumah Mandeh Rabiah. Dengan hati gembira Mandeh Rabiah menerima bidadari bernama Putri Bungsu itu dan mengakuinya sebagai anak.
Malim Deman kembali ke rumahnya setelah mengantarkan bidadari bernama Putri Bungsu ke rumah Mandeh Rabiah. Sesampainya di rumah, Malim Deman menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ibundanya. Dijelaskannya pula adanya bidadari yang tinggal bersama Mandeh Rabiah. Malim Deman lalu memberikan selendang bidadari itu kepada ibunya untuk disimpan. Malim Deman meminta ibunya untuk menyembunyikan selendang itu selamanya.
Sejak saat itu Malim Deman kian rajin berkunjung ke rumah Mandeh Rabiah untuk menemui Putri Bungsu. Malim Deman dan Putri Bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya lantas menikah. Tidak beberapa lama mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Malim Deman memberi nama Sutan Duano untuk nama anak lelakinya itu.
Putri Bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan Malim Deman. Namun sejak Sutan Duano lahir, perangai Malim Deman menjadi berubah. Malim Deman malah lebih banyak menghabiskan waktunya di arena perjudian. Dia sangat senang menyabung ayam dengan menggunakan taruhan. Begitu senangnya dia dengan perjudian hingga seringkali dia tidak pulang berhari-hari lamanya.
Putri Bungsu menjadi sangat bersedih melihat perangai buruk suaminya. Dia kadang menangis sendiri meratapi nasibnya. Kerinduannya untuk pulang kembali ke kahyangan kembali muncul. Semakin lama rasa itu semakin besar. Hingga pada suatu saat dia menemukan selendang miliknya di rumah ibu Malim Deman. Dia berpura-pura hendak menjemur selendang itu. Seketika dia membawa selendang itu kerumahnya. Putri Bungsu kemudian menemui Bujang Karim pegawai Malim Deman. “Tolong kau sampaikan kepada Malim Deman, aku akan kembali ke Kahyangan dengan membawa Sutan Duano.”
Bujang Karim segera cepat mencari Malim Deman ke arena perjudian. setelah bertemu diceritakannya pesan dari Putri bungsu kepada Malim Deman.
Malim Deman panik dengan terburu-buru dia segera kembali ke rumah untuk menemui istri dan anaknya. Namun terlambat. Sesampainya dirumah, istri dan anaknya sudah tidak ada. Istrinya telah membawa anak kesayangannya kembali ke Kahyangan. Malim Deman hanya dapat menyesali kepergian anak dan istrinya. Benar-benar dia sangat menyesal. Namun penyesalan hanya penyesalan, apa yang telah terjadi tidak dapat diulang lagi. Akibat sikap buruknya dia harus kehilangan keluarga yang dicintainya.
Pesan Moral dari Cerita Rakyat Singkat Hikayat Malim Deman adalah berjudi hanyalah akan merugikan diri sendiri dan keluarga di kemudian hari. Hendaknya kita menghidari perbuatan buruk tersebut agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Kita juga harus berhati-hati dalam bertindak karena penyesalan dikemudian hari tidak ada gunanya.